Tuesday, 24 May 2011

Karir vs Pekerjaan

Saat menjadi pembicara dalam Career Seminar di Universitas Indonesia beberapa waktu lalu, saya menjabarkan mengenai perbedaan antara karir dan pekerjaan. Selama ini, banyak yang menyangka karir dan pekerjaan itu hal yang sama dan sebangun. Padahal, keduanya hanyalah serupa saja, tapi tak sepenuhnya sama.
Keduanya adalah sama-sama mata pencaharian. Orang yang punya karir, sudah pasti punya pekerjaan. Tapi orang punya pekerjaan, belum tentu punya karir.
Bingung? Semoga tidak.
Apabila Anda masih ingat pelajaran matematika dasar yang diujikan di UMPTN, tentu akan tahu bahwa himpunan “pekerjaan” punya anggota lebih banyak daripada himpunan “karir”. Dengan penjelasan di atas, maka “karir” merupakan himpunan bagian dari “pekerjaan”. Kenapa bisa begitu?
Pekerjaan adalah rutinitas harian yang dijalani seseorang guna mendapatkan nafkah untuk menutupi keperluan sehari-harinya, terutama pangan-sandang-papan-pendidikan-kesehatan. Sementara karir adalah pekerjaan yang memiliki jenjang peningkatan yang jelas dalam periode waktu yang dapat diprediksi. Peningkatan di sini tentu saja korelasi akhirnya adalah pada penghasilan.
Coba perhatikan sekitar kita, betapa banyak orang punya pekerjaan. Mereka tentu sudah lebih beruntung daripada yang menganggur tak punya pekerjaan, baik terbuka maupun terselubung. Akan tetapi, belum tentu mereka punya karir. Kebanyakan pekerjaan “kerah biru” hanya sekedar pekerjaan tanpa karir. Misalnya saja tukang becak, buruh tani, pelinting rokok, pemulung, tukang sayur, dan sebagainya. Sementara ada pula pekerjaan “kerah biru” yang bisa memiliki karir. Sebutlah ahli mekanik kendaraan bermotor yang bisa mulai dari magang atau kenek sampai montir ahli bahkan pemilik bengkel. Atau ahli bangunan yang bisa meningkat mulai dari kuli, tukang, mandor sampai bisa saja jadi pemborong atau kontraktor. Di sisi lain, hampir semua pekerjaan “kerah putih” punya karir. Hanya saja, ada yang memang cepat, ada yang sangat lambat.
Apabila selama bertahun-tahun pekerjaan Anda hanya mengerjakan itu-itu saja tanpa adanya peningkatan kerja, kemampuan dan tanggung-jawab yang  berimbas pada penghasilan yang stagnan, berarti karir Anda sangat lambat. Sebaliknya, bila di usia muda Anda sudah diberi tanggung-jawab besar, ditingkatkan kemampuannya, dan performa kerja meningkat, berarti karir Anda cemerlang.
Apa yang bisa membuat seseorang memiliki karir cemerlang, sementara yang lain tidak? Jawabannya penyikapan terhadap pekerjaan itu sendiri. Meminjam istilah Jansen Sinamo, pekerjaan harus dilihat sebagai anugerah. Dengan begitu, kita akan tergerak untuk mengisinya dengan yang terbaik. Apabila kita melakukannya, acapkali muncul kejutan dari arah tak terduga. Saya sendiri pernah menemui ada office boy yang kemudian jadi staf dan malah berhasil lulus sarjana. Contoh-contoh macam itu tentu banyak. Namun yang penting adalah, bagaimana kita mempraktekkannya bagi diri sendiri?

No comments:

Post a Comment